inspirasi dari vatikan

VATIKAN HIJAU DENGAN ATAP PANEL TENAGA SURYA


Atap raksasa “Nervi Hall” yang ada Vatikan, di mana Paus biasanya melayani para umat dan tempat diselenggarakannya konser, telah ditutup dengan 2.400 panel-panel photovoltaic (fotolistrik), akan tetapi panel-panel itu tidak terlihat dari bawah, dengan demikian mempertahankan pencakar langit Vatikan tidak berubah.

Sistem baru yang diterapkan pada atap seluas 5.000 m2 akan memenuhi kebutuhan energi ruangan dan beberapa bangunan disekitarnya sepanjang tahun, menghasilkan 300 megawatt perjam (Mwh) energi yang bersih dalam setahun.

Sistem tersebut dirancang oleh perusahaan Jerman Solar World, yang akan memberikan pengurangan emisi gas CO2 (karbon dioksida) sekitar 225.000 kilogram (225 ton) pada negara kota seluas 108 acre (1 acre = 4047 m2) tersebut dan memberikan penghematan yang setara dengan 80 ton minyak setiap tahunnya.

Surat kabar The Holy See memberitakan bahwa Vatikan merencanakan untuk memasang secukupnya sumber energi yang dapat diperbaharui untuk memenuhi 20 persen kebutuhannya sampai 2020, yang secara longgar sesuai dengan proposal Uni Eropa.

Pada 1971 aula tersebut dinamakan Nervi Hall sesuai nama arsitek terkenal yang merancangnya, yaitu Pier Paolo Nervi dan merupakan salah satu bangunan yang paling moderen di Vatikan, di mana kebanyakan merupakan konstruksi beberapa abad lampau. Aula itu dapat me-nampung sampai 10.000 orang.

Telah dilakukan penyisiran, ternyata atapnya yang bergelombang membuat proyek tersebut dapat dilaksanakan sehingga panel-panel surya tidak kelihatan dari lapangan. Petugas gereja telah menyebutnya sebagai pencakar langit Vatikan yang terkenal, teristimewa sekali Basilika St Peter yang memang akan dibiarkan tak tersentuh.

Sebuah tajuk rencana surat kabar Tuesday yang menyerukan lebih banyak lagi penggunaan energi yang dapat diperbaharui. “Berangsur-angsur payahnya lapisan ozon dan efek rumah kaca telah mencapai ukuran yang kritis,” tulis koran tersebut.

Dengan menghasilkan energinya sendiri Vatikan akan menjadi lebih otonom dari Itali, karena Vatikan saat ini memasok seluruh energinya dari Itali. Vatikan dikelilingi oleh Roma. Paus Benediktus dan pendahulunya Paus John Paul (Paus Yohanes Paulus II) dengan kokoh meletakkan Vatikan pada pijakan yang peduli lingkungan.

Benediktus telah membuat banyak seruan bagi perlindungan alam. Vatikan telah menjadi tuan rumah konferensi ilmiah untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pemanasan global dan perubahan iklim, secara luas menyalahkan manusia atas penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil.

Para pemerhati lingkungan memuji Paus tahun lalu setelah ia membuat sebuah pidato yang mengucapkan bahwa umat manusia harus mendengarkan “suara dari bumi” atau menghadapi resiko hancurnya planet.

Artikel selengkapnya bisa dibaca pada: http://www.epochtimes.co.id/iptek.php?id=119

wow!!great idea. kapan Indonesia bisa menerapkan inovasi kayak gini ya? harusnya nggak hanya Paus Benediktus aja yang bisa melakukan inovasi itu, tapi juga pemerintah Indonesia pasti bisa jika memang punya keinginan. Setuju??


*nan
Herning Dwi Danasti
08303244040
0 Responses

Posting Komentar